
Jumat, 15 Agustus 2025, 20:00-22:00 WIB
Link zoom: https://s.id/WebinarMISI
Gratis, terbuka untuk umum
Pendaftaran free e-certificate:
https://socioinformatics.id/webinar-misi/register.php?id=2&a=b

Jumat, 15 Agustus 2025, 20:00-22:00 WIB
Link zoom: https://s.id/WebinarMISI
Gratis, terbuka untuk umum
Pendaftaran free e-certificate:
https://socioinformatics.id/webinar-misi/register.php?id=2&a=b
Catatan Moderator (Tanti Ruwani), dirapikan dengan deepseek
Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Namun, di balik manfaatnya, terdapat dampak serius terhadap kesehatan mental. Dalam webinar bertajuk “Tantangan Kesehatan Mental di Era Media Sosial”, para pembicara mengungkap tiga poin kritis yang perlu dipahami pengguna agar dapat berinteraksi dengan media sosial secara lebih sehat.
1. Media Sosial Dirancang untuk Membuat Kecanduan
Platform media sosial sengaja didesain dengan algoritma yang memprioritaskan keterlibatan pengguna (user engagement). Sistem ini bekerja melalui:
– Konten yang dipersonalisasi berdasarkan preferensi individu.
– Notifikasi terus-menerus yang menarik perhatian.
– Stimulus berlebihan yang mengaktifkan reward system di otak, melepaskan dopamin—hormon yang memicu rasa senang dan kepuasan.
Akibatnya, otak menjadi terbiasa dengan stimulasi tinggi, sehingga aktivitas sehari-hari yang sebelumnya menyenangkan (seperti menikmati pemandangan atau berbincang langsung) terasa membosankan.
2. Mindfulness: Kunci Penggunaan Media Sosial yang Sehat
Pembicara menekankan pentingnya kesadaran penuh (mindfulness) dalam berinteraksi dengan media sosial. Beberapa prinsip yang dapat diterapkan:
– Gunakan dengan niat jelas, bukan sekadar kebiasaan.
– Beda kan waktu untuk keperluan pekerjaan dan hiburan.
– Amati reaksi emosi saat scrolling—apakah konten tertentu memicu kecemasan atau iri?
– Jadilah pengamat, bukan partisipan emosional.
Dengan pendekatan ini, pengguna dapat tetap memegang kendali dan tidak mudah terbawa arus.
3. Populasi Rentan dan Tanda-Tanda Kecanduan
Tidak semua orang memiliki kerentanan yang sama terhadap dampak negatif media sosial. Kelompok yang paling berisiko meliputi:
– Individu dengan kecenderungan overthinking.
– Orang dengan riwayat masalah kesehatan mental.
– Mereka yang minim interaksi sosial langsung.
Tanda peringatan penggunaan tidak sehat:
– Anhedonia: Tidak lagi menikmati aktivitas yang dulu disukai.
– Gangguan tidur akibat kebiasaan scrolling larut malam.
– Gejala fisik seperti mata lelah, pegal, atau pusing.
– Kebutuhan konstan untuk membagikan momen alih-alih sekadar menikmatinya.
Penutup: Kendalikan, Jangan Terkendali
Pembicara menutup presentasi dengan pesan kunci:
“Fokus pada hal yang bisa kita kendalikan—diri sendiri, tanggung jawab atas respons, dan modifikasi lingkungan. Jangan terbawa arus oleh desain media sosial atau perilaku orang lain.”
Pernyataan ini sejalan dengan filosofi mindfulness: kesehatan mental di era digital bergantung pada kesadaran diri dan kontrol internal. Dengan menerapkan strategi ini, kita dapat mengurangi dampak negatif media sosial sekaligus memanfaatkannya secara lebih bijak.
—