
Webinar MISI #027 AI untuk Alutsista


Bambang Nurcahyo Prastowo
Membandingkan manusia dengan mesin, terutama mesin berbasis kecerdasan buatan tidak mudah. Barangnya berbeda: manusia berpikir dan bertindak secara individual, sedangkan mesin adalah konstruksi teknis yang sebagian besar dirancang untuk beroperasi secara kolektif. Manusia sejak lahir mulai belajar dari nol, membangun pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sedikit demi sedikit melalui interaksi dengan lingkungan. Sebaliknya, Mesin AI sering kali tidak perlu “belajar” dari awal setiap kali digunakan. Pengetahuan yang sudah diperoleh sebuah model dapat diwariskan, ditingkatkan, dan disebarkan ke mesin lain sehingga proses belajar berlangsung bertahap dari generasi ke generasi.
Cara manusia dan mesin memperoleh informasi juga sangat berbeda. Manusia biasanya membaca buku sesuai dengan minatnya, dan jumlah bacaan yang bisa dicerna sangat terbatas. Bahkan seorang pembaca tekun seumur hidup pun hanya mampu menguasai sebagian kecil dari total pengetahuan tertulis yang ada. Mesin AI, di sisi lain, dapat diprogram untuk menerima input dari seluruh koleksi buku atau setidaknya jumlah yang melampaui batas kapasitas pembacaan manusia. Dengan demikian, mesin memiliki peluang untuk menyerap referensi dalam skala masif, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan manusia tanpa bantuan.
Continue reading Dapatkah kita membandingkan manusia dengan mesin AI?
Host dan Moderator Webinar #026 Masyarakat Informatika Sosial Indonesia (MISI), mengundang teman-teman semua untuk menghadiri diskusi on-line:
Topik: Sibernetika, Induk ilmu Informatika hingga robotika
Era dimana Robot mulai belajar “sadar diri”
Pemantik Diskusi: Arief Prihantoro, Direktur Pengembangan Bisnis Excellencia Indonesia
Platform: Zoom Conference di s.id/WebinarMISI
Tanggal: 22 Agustus 2025
Jam: 20:00-22:00 WIB
Host: Agus Fanar Syukri, Peneliti Ahli Utama, BRIN
Moderator: Bambang Nurcahyo Prastowo, anggota C3R, FMIPA, UGM
Mitra pendukung: Keluarga Alumni FMIPA, UGM (KAMIPAGAMA)
Bambang Nurcahyo Prastowo
Kawan saya di group Masyarakat Informatika Sosial Indonesia (MISI) memperkenalkan ke saya istilah candu digital. Istilah ini sepertinya memang cocok dengan content media sosial yang dirancang untuk menarik perhatian kita terus-menerus agar tetap terikat di layat gadget.
Narkoba pada awalnya bukanlah musuh. Narkoba awalnya dikembangkan untuk keperluan medis: morfin, opioid, dan turunannya diproduksi untuk mengurangi rasa sakit, meredakan kecemasan, bahkan menyelamatkan nyawa. Di luar konteks pengobatan, zat yang sama berubah menjadi candu yang menjerat otak dengan memanipulasi sistem dopamin. Pada akhirnya menghancurkan hidup penggunanya.
Sepertinya fenomena ini mirip dengan yang terjadi pada media sosial. Platform digital ini awalnya dirancang sebagai media komunikasi global, sarana e-commerce, dan tempat menyebarluaskan pendidikan globak. Akses content bisa lintas benua dalam hitungan detik, membuka peluang usaha baru dan memperluas akses pengetahuan. Seperti narkoba dalam konteks medis, awalnya media sosial memiliki potensi sebagai obat pengembangan sosial bagi masyarakat modern.
Continue reading Narkoba MedsosBeberapa waktu lalu saya mencoba membuat musik lagu menggunakan deepseek untuk bikin lirik. Hasilnya saya icopy-pastekan ke Suno Music. Ternyata hasilnya gak jelek-jelek amat lah ditelingaku. Kalau cafe-cafe dan restoran-restoran benar-benar ditambah pajaknya untuk royalty, mereka pasti akan beralih memutar lagu-lagu AI.
Yang akan merepotkan nanti, internet akan dibanjiri produk suno musik dan semacamnya seperti kita pernah kebanjiran gambar-gambar AI sebelumnya, termasuk studio gibli dulu itu. Penerimaan masyarakat pada produk AI tidak sekedar adanya penurunan tingkat selera masyarakat, tapi juga karena ada peningkatan kualitas produk AI itu sendiri.

Dulu saya pernah menulis tentang fenomena batik. Sampai sekarang, batik tulis halus masih diproduksi, dan mestinya masih ada pasar kolektornya. Terakhir saya ke Mirota Batik masik lihat ada koleksi kain-kain batik berharga jutaan rupiah, tapi sepertinya target pembelinya relatif terbatas. Yang dipakai sehari-hari, di sekolah, atau kantor, ya batik printing. Praktis, murah, dan menurutku sudah cukup baik dan malah kelihatan lebih rapi dibanding batik tulis.
Continue reading Pergeseran Selera Seni MasyarakatTeman-teman, mengingatkan kita ketemu di Webinar MISI nanti jam 20:00. Link yang dari s.id ada masalah, kita gunakan link alternatif:
Topic: Menjaga Kesehatan Mental di Era Medsos
Pemantik: Atikah Prastowo (Psikolog Klinis)
Host: Bambang Nurcahyo Prastowo
Moderator: Tanti Ruwani
Time: Aug 15, 2025 07:30 PM Jakarta
Join Zoom Meeting
https://ugm-id.zoom.us/j/99644302005?pwd=YQAt9D8cbNW1IZ7ybp202nF1CIJ56X.1
Meeting ID: 996 4430 2005
Passcode: MISI


Jumat, 15 Agustus 2025, 20:00-22:00 WIB
Link zoom: https://s.id/WebinarMISI
Gratis, terbuka untuk umum
Pendaftaran free e-certificate:
https://socioinformatics.id/webinar-misi/register.php?id=2&a=b
Masyarakat Informatika Sosial Indonesia (MISI) adalah group chat yang dibuat oleh Agus Fanar Syukri, Peneliti Ahli Utama, Badan Riset dan Inovasi Nasional di tahun 2017. Group ini dirancang untuk mendiskusikan pengaruh kehidupan sosial dari kehadiran teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu, didiskusikan pula cara merancang sistem teknologi informasi agar dapat memberi pengaruh pada kehidupan sosial yang lebih baik.
Awal tahun 2025, bersama Bambang Nurcahyo Prastowo, penulis buku “Informatika Sosial: Mengendalikan Teknologi untuk Tatanan Sosial yang Lebih Baik,” yang bergabung ke group chat MISI di pertengahan mas pandemi, Agus Fanar Syukri berkenan menjadi host Webinar yang diselenggarakan rutin tiap Jum’at malam pukul 20:00 WIB.
Tag line MISI adalah Diksi sebagai akronim dari diskusi, kolaborasi dan kontribusi. Selamat berdiskusi, berkolaborasi dan memberi kontribusi dalam mengawal penggunaan teknologi informasi untuk memberi arahan pada tatanan kehidupan sosial yang lebih baik.