Panduan Singkat Menulis di socioinformatics.id

Selamat datang di komunitas Masyarakat Informatika Sosial Indonesia (MISI).

Website ini dibangun sebagai ruang berbagi gagasan, pengetahuan, dan pengalaman di bidang informatika sosial. Kami percaya, tulisan adalah salah satu cara paling efektif untuk menyebarkan wawasan dan memperkuat jejaring intelektual di antara anggota komunitas.

Agar setiap anggota dapat berkontribusi dengan mudah, kami menyusun panduan sederhana ini. Panduan ini berisi langkah-langkah mulai dari pendaftaran akun, aktivasi peran sebagai penulis (Author), hingga proses menulis dan mempublikasikan artikel di website MISI.

Harapannya, panduan ini bisa menjadi pegangan praktis bagi anggota baru maupun lama yang ingin menyalurkan ide melalui tulisan. Dengan adanya standar teknis yang sama, kita dapat menjaga konsistensi kualitas dan kerapihan artikel yang tampil di website MISI.

Kami mengajak semua penulis dengan semangat berbagi, menggunakan bahasa yang jelas, sopan, dan mudah dipahami. Setiap artikel adalah kontribusi berharga untuk memperkaya wacana dan memperkuat misi kita bersama: membangun ekosistem pengetahuan yang inklusif, kritis, dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Selamat menulis dan berkarya!

Administrator MISI

Continue reading Panduan Singkat Menulis di socioinformatics.id

Misteri Kebohongan Dummy Tokens di Model Bahasa Besar (LLM)

Seorang kawan pernah berseloroh, “Kita sekarang hidup di era AI. Urusan kantor tanya ChatGPT. Bahkan mau masak pun, tanya ChatGPT. Apa-apa ChatGPT”. Padahal ada juga model AI selain itu, semacam Gemini atau Perplexity. Tapi, ya, ChatGPT telah menjadi nama generik untuk kecerdasan buatan. Seperti orang yang beli minuman kemasan, lantas dia bilang ke penjaga warung, “Beli Aqua, bu!”, lalu disodorkanlah Le Minerale ataw Indomaret.

Fenomena ini menunjukkan seberapa dalam teknologi AI telah meresap ke dalam kehidupan sehari-hari kita. Kita menggunakannya untuk tugas-tugas kantor, mencari resep, atau bahkan sekadar mengobrol. Namun, seiring dengan semakin banyaknya pengguna ChatGPT atau model serupa seperti Gemini, sebuah pertanyaan mendasar muncul: apakah kita bisa sepenuhnya memercayai apa yang mereka katakan?

credit ChatGPT
Continue reading Misteri Kebohongan Dummy Tokens di Model Bahasa Besar (LLM)

Kegelisahan Luddite di Era AI

Dari jalanan BSD City yang sibuk hingga sudut-sudut tenang ala-ala desa di Cisauk, bisikan-bisikan semakin santer menyelusup. Kita mendengarnya di berita, forum daring, bahkan di warung-warung kopi dan waktu lesehan di teras masjid: Kecerdasan Buatan (AI) menggila. Mengubah segalanya.

Sementara itu, disamping janji teknologi yang lebih cerdas dan hidup yang lebih mudah tampak cerah, ada kegelisahan yang tumbuh: perasaan bahwa kita telah membuka Kotak Pandora digital, mengagumi hadiah-hadiahnya yang gemerlap sekaligus khawatir akan potensi kekacauan di dalamnya.

credit ChatGPT
Continue reading Kegelisahan Luddite di Era AI

Membuang Stigma Pengangguran

Beberapa waktu lalu kita terima berita Sritex tutup dengan PHK 10.000 pegawai. Belakangan ini beredar video medsos yang memberitakan Gudang Garam PHK ribuan karyawan (belum terkonfirmasi). Kalau dari laporan keuangan memang ada penurunan pendapatan Gudang Garam tetapi belum tentu langsung berimbas pada pengurangan tenaga kerja. Apa pun yang terjadi, secara global para pegawai di lingkungan padat karya baik di lapangan pertanian dan berbagai perindustrian terlindas kemajuan teknologi. Trend ini terus merambah lingkungan kerja kantoran juga dan sepertinya kelanjutannya tidak baik-baik saja. Belakangan muncul berita tentang PHK yang membuahkan depresi yang mengarah ke perilaku bunuh diri.

Dengan tulisan ini saya akan mencoba membangun pemikiran bahwa aktivitas manusia tidak harus dalam konteks bekerja mencari nafkah karena banyak aktivitas yang mereka kerjakan saat bekerja tidak lagi diperlukan setelah teknologi terkait sudah siap untuk menggantikan mereka. Manusia yang dalam kehidupannya tidak dalam posisi mendapat tugas untuk bekerja seharusnya juga bisa mendapatkan harga diri sebagai manusia dengan berkarya di luar konteks bekerja dalam pengertian mengharap imbalan dari majikan.

Continue reading Membuang Stigma Pengangguran

Teknologi Tidak Akan Pernah Netral

Absurd. Saya masih memikirkan percakapan imajiner antara Tan Malaka dengan Geoffrey Hinton tentang AI. Padahal itu jelas di generate ChatGPT oleh saya lewat prompt. Respon yang diperoleh dari peramalan kata oleh algoritma.

Tokoh yang satu masih hidup, lainnya sudah berkalang tanah. Tetapi seperti dipaksa-bangkit kembali dari kubur gegara pertanyaan tentang AI.

Timnit Gebru
Continue reading Teknologi Tidak Akan Pernah Netral

Membayangkan Indonesia Dijalankan oleh Agen AI

Kemarin siang, iseng scroll Instagram. Sebuah carousel dari @okkisusanto menarik perhatian saya.

Slide pertamanya berisi gambar hitam putih dengan sosok Puan Maharani di podium, dan tulisan besar yang menohok: “Jika 90% Pejabat Diganti AI, Indonesia Akan Tetap Baik-baik Saja. Iya Gak? Mari kita tanya ChatGPT!”

Continue reading Membayangkan Indonesia Dijalankan oleh Agen AI

Webinar MISI #028 Makna Literasi di Era Dominasi Media Sosial

Host dan Moderator Webinar #028 Masyarakat Informatika Sosial Indonesia (MISI), mengundang teman-teman semua untuk menghadiri diskusi on-line:

Topik: Makna Literasi di Era Media Sosial
Pemantik Diskusi: Suherman, Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat ASEAN

Platform: Zoom Conference di s.id/WebinarMISI2
Tanggal: 5 September 2025
Jam: 20:00-22:00 WIB
Host: Agus Fanar Syukri, Peneliti Ahli Utama, BRIN
Moderator: Bambang Nurcahyo Prastowo, anggota C3R, FMIPA, UGM
Link Youtube: Webinar MISI #028

Madilog dan Algoritma: Dialog Imajiner Tan Malaka & Geoffrey Hinton

Pengantar

Dialog imajiner ini mempertemukan dua sosok lintas abad yang sama-sama berpengaruh dalam dunia pemikiran:  Ibrahim S. Sutan Datuk “Tan Malaka” (1897–1949), revolusioner dan filsuf Indonesia yang menggagas Madilog sebagai dasar berpikir ilmiah dan kritis; serta Geoffrey Hinton (1947–), ilmuwan komputer peraih Turing Award 2018 yang dikenal sebagai Godfather of AI.

Pertemuan keduanya—meski hanya dalam imajinasi—menjadi menarik karena mewakili dua arus besar yang relevan di tengah perkembangan kecerdasan buatan yang semakin pesat tetapi juga menimbulkan kecemasan global.

Continue reading Madilog dan Algoritma: Dialog Imajiner Tan Malaka & Geoffrey Hinton

Operasionalisasi Perlindungan Data Pribadi di Dunia Siber

Ada mahasiswa yang mengeluh ke saya kalau data pribadinya diumbar oleh pihak UGM. Dia memberi contoh data pengumuman kelulusan program studi tertentu diberikan dalam bentuk file PDF daftar nama-nama yang bisa diunduh dari web UGM begitu saja. Keluhan ini sah dan saya berjanji akan membicarakannya dengan Direktorat Pendidikan dan Pengajaran UGM. Masalah perlindungan data pribadi menurutku cukup rumit. Kita perlu mencari jalan tengah yang masuk akal antara kemudahan berkomunikasi dan menjaga kerahasiaan.

Saya pribadi berpikiran bahwa mustahil kita bisa melindungi kerahasiaan data 100%. Data dibuat untuk dikomunikasikan. Begitu terjadi komunikasi, maka tingkat kesulitan merahasiakannya menjadi dua kali lipat atau sekian kali lipat bergantung pada jumlah pihak yang terlibat dalam komunikasi itu. Kesulitan akan terus bertambah berlipat ganda eksponensial seiring dengan pertambahan jumlah pihak yang berkepentingan dengan data yang bersangkutan.

Continue reading Operasionalisasi Perlindungan Data Pribadi di Dunia Siber

AI sebagai Simulakra: Ilusi yang Memikat, Risiko yang Mematikan

Beberapa waktu lalu, publik dikejutkan oleh berita tentang Adam Raine, seorang remaja 16 tahun asal California Selatan, Amerika Serikat, yang mengakhiri hidupnya setelah berbulan-bulan bercakap dengan chatbot AI.

Sebelum meninggal pada 11 April 2025, Adam mengunggah foto ke ChatGPT yang tampaknya menunjukkan rencana bunuh diri. Ketika dia bertanya apakah rencana itu akan berhasil, ChatGPT menganalisis metodenya dan menawarkan untuk membantunya “memperbarui” rencana tersebut.

Cuplikan percakapan ini diperoleh kedua orangtuanya, Matt dan Maria Raine, di ponsel milik Adam.

Continue reading AI sebagai Simulakra: Ilusi yang Memikat, Risiko yang Mematikan