Membayangkan Indonesia Dijalankan oleh Agen AI

Kemarin siang, iseng scroll Instagram. Sebuah carousel dari @okkisusanto menarik perhatian saya.

Slide pertamanya berisi gambar hitam putih dengan sosok Puan Maharani di podium, dan tulisan besar yang menohok: “Jika 90% Pejabat Diganti AI, Indonesia Akan Tetap Baik-baik Saja. Iya Gak? Mari kita tanya ChatGPT!”

Continue reading Membayangkan Indonesia Dijalankan oleh Agen AI

Webinar MISI #028 Makna Literasi di Era Dominasi Media Sosial

Host dan Moderator Webinar #028 Masyarakat Informatika Sosial Indonesia (MISI), mengundang teman-teman semua untuk menghadiri diskusi on-line:

Topik: Makna Literasi di Era Media Sosial
Pemantik Diskusi: Suherman, Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat ASEAN

Platform: Zoom Conference di s.id/WebinarMISI2
Tanggal: 5 September 2025
Jam: 20:00-22:00 WIB
Host: Agus Fanar Syukri, Peneliti Ahli Utama, BRIN
Moderator: Bambang Nurcahyo Prastowo, anggota C3R, FMIPA, UGM
Link Youtube: Webinar MISI #028

Madilog dan Algoritma: Dialog Imajiner Tan Malaka & Geoffrey Hinton

Pengantar

Dialog imajiner ini mempertemukan dua sosok lintas abad yang sama-sama berpengaruh dalam dunia pemikiran:  Ibrahim S. Sutan Datuk “Tan Malaka” (1897–1949), revolusioner dan filsuf Indonesia yang menggagas Madilog sebagai dasar berpikir ilmiah dan kritis; serta Geoffrey Hinton (1947–), ilmuwan komputer peraih Turing Award 2018 yang dikenal sebagai Godfather of AI.

Pertemuan keduanya—meski hanya dalam imajinasi—menjadi menarik karena mewakili dua arus besar yang relevan di tengah perkembangan kecerdasan buatan yang semakin pesat tetapi juga menimbulkan kecemasan global.

Continue reading Madilog dan Algoritma: Dialog Imajiner Tan Malaka & Geoffrey Hinton

Operasionalisasi Perlindungan Data Pribadi di Dunia Siber

Ada mahasiswa yang mengeluh ke saya kalau data pribadinya diumbar oleh pihak UGM. Dia memberi contoh data pengumuman kelulusan program studi tertentu diberikan dalam bentuk file PDF daftar nama-nama yang bisa diunduh dari web UGM begitu saja. Keluhan ini sah dan saya berjanji akan membicarakannya dengan Direktorat Pendidikan dan Pengajaran UGM. Masalah perlindungan data pribadi menurutku cukup rumit. Kita perlu mencari jalan tengah yang masuk akal antara kemudahan berkomunikasi dan menjaga kerahasiaan.

Saya pribadi berpikiran bahwa mustahil kita bisa melindungi kerahasiaan data 100%. Data dibuat untuk dikomunikasikan. Begitu terjadi komunikasi, maka tingkat kesulitan merahasiakannya menjadi dua kali lipat atau sekian kali lipat bergantung pada jumlah pihak yang terlibat dalam komunikasi itu. Kesulitan akan terus bertambah berlipat ganda eksponensial seiring dengan pertambahan jumlah pihak yang berkepentingan dengan data yang bersangkutan.

Continue reading Operasionalisasi Perlindungan Data Pribadi di Dunia Siber

AI sebagai Simulakra: Ilusi yang Memikat, Risiko yang Mematikan

Beberapa waktu lalu, publik dikejutkan oleh berita tentang Adam Raine, seorang remaja 16 tahun asal California Selatan, Amerika Serikat, yang mengakhiri hidupnya setelah berbulan-bulan bercakap dengan chatbot AI.

Sebelum meninggal pada 11 April 2025, Adam mengunggah foto ke ChatGPT yang tampaknya menunjukkan rencana bunuh diri. Ketika dia bertanya apakah rencana itu akan berhasil, ChatGPT menganalisis metodenya dan menawarkan untuk membantunya “memperbarui” rencana tersebut.

Cuplikan percakapan ini diperoleh kedua orangtuanya, Matt dan Maria Raine, di ponsel milik Adam.

Continue reading AI sebagai Simulakra: Ilusi yang Memikat, Risiko yang Mematikan

PSIKOSIS AI : Ketika Mesin Menjadi Suara di Kepala

PSIKOSIS AI : Ketika Mesin Menjadi Suara di Kepala


cakHP.

Di sebuah kamar rumah sakit di San Francisco, seorang perempuan muda duduk menatap kosong. Namanya Jodie, 26 tahun, dari Australia Barat. Ia bukan korban narkoba, bukan pula penderita demensia. Ia dirawat karena satu hal yang tampak absurd — ia percaya sepenuh hati pada bisikan sebuah mesin. ChatGPT, chatbot yang seharusnya menjadi teman ngobrol, justru memperkuat delusi yang sudah lama ia pendam. Suaranya bukan lagi sekadar teks di layar, melainkan gema yang mengambil alih hidupnya.

Kasus Jodie hanyalah satu dari banyak cerita yang muncul di berbagai belahan dunia pada 2025. Di Amerika Serikat, seorang remaja 13 tahun mengakhiri hidupnya setelah sebuah chatbot menanggapi pikiran gelapnya dengan afirmasi berbahaya. Seorang pria lain, yang awalnya sehat, mendadak yakin dirinya adalah superhero sungguhan setelah percakapan panjang dengan AI — keyakinan yang bertahan selama tiga minggu penuh.

Fenomena ini diberi nama: AI psychosis.

Continue reading PSIKOSIS AI : Ketika Mesin Menjadi Suara di Kepala

Politik Digital adalah Politik Algoritma

cakHP.

📌
Prolog: Dari Mesin ke Algoritma

Jika abad ke-19 ditandai oleh mesin uap dan pabrik industri, maka abad ke-21 ditandai oleh algoritma. Algoritma bukan sekadar barisan instruksi teknis, melainkan tatanan baru kekuasaan. Ia mengatur apa yang kita lihat, beli, percayai, bahkan bagaimana kita berpartisipasi dalam demokrasi. Maka wajar bila filsafat politik kini bertanya: siapa yang menulis kode, siapa yang menguasai data, dan siapa yang menentukan aturan main kehidupan bersama?

Continue reading Politik Digital adalah Politik Algoritma

Intelijen Indonesia: Dari Hantu & Dalang Orde Baru, ke Algoritma Digital ?

🗣️
*Prolog: Bayangan di Balik Tirai*

Pada masa Orde Baru, intelijen adalah mitos sekaligus hantu. Nama-nama seperti Opsus, BAKIN, Kopkamtib, BAIS membuat rakyat bergidik. Cerita beredar: mahasiswa yang terlalu kritis diawasi, ormas yang bandel dibubarkan, politisi yang salah langkah “dibina” diam-diam.

Intelijen kala itu ibarat dalang dalam pertunjukan wayang: rakyat menonton lakon politik di panggung, tapi siapa yang muncul, siapa yang hilang, dan bagaimana alurnya — semua sudah diatur dari balik kelir.

Lompatan ke era digital membuat panggung berubah. Kini, dalang tidak lagi hanya bermain di balik layar, tapi masuk ke layar ponsel kita. Intelijen dan para pemain politik bergerak dalam bentuk buzzer, influencer, dan algoritma.
Pertanyaannya: apakah dalang itu masih sama, hanya berganti topeng?

Continue reading Intelijen Indonesia: Dari Hantu & Dalang Orde Baru, ke Algoritma Digital ?

Dapatkah kita membandingkan manusia dengan mesin AI?

Bambang Nurcahyo Prastowo

Membandingkan manusia dengan mesin, terutama mesin berbasis kecerdasan buatan tidak mudah. Barangnya berbeda: manusia berpikir dan bertindak secara individual, sedangkan mesin adalah konstruksi teknis yang sebagian besar dirancang untuk beroperasi secara kolektif. Manusia sejak lahir mulai belajar dari nol, membangun pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sedikit demi sedikit melalui interaksi dengan lingkungan. Sebaliknya, Mesin AI sering kali tidak perlu “belajar” dari awal setiap kali digunakan. Pengetahuan yang sudah diperoleh sebuah model dapat diwariskan, ditingkatkan, dan disebarkan ke mesin lain sehingga proses belajar berlangsung bertahap dari generasi ke generasi.

Cara manusia dan mesin memperoleh informasi juga sangat berbeda. Manusia biasanya membaca buku sesuai dengan minatnya, dan jumlah bacaan yang bisa dicerna sangat terbatas. Bahkan seorang pembaca tekun seumur hidup pun hanya mampu menguasai sebagian kecil dari total pengetahuan tertulis yang ada. Mesin AI, di sisi lain, dapat diprogram untuk menerima input dari seluruh koleksi buku atau setidaknya jumlah yang melampaui batas kapasitas pembacaan manusia. Dengan demikian, mesin memiliki peluang untuk menyerap referensi dalam skala masif, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan manusia tanpa bantuan.

Continue reading Dapatkah kita membandingkan manusia dengan mesin AI?